Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dakwah
adalah warisan daripada Rasulullah SAW, kepada umatnya, kepada kita.
Sebuah
aktivitas istimewa yang hanya Allah berikan kepada para Nabi-Nya, pada
Rasul-Nya dan yang akhirnya diberikan kepada umat Islam karena umat Islamlah,
umat yang terakhir untuk menyampaikan dakwah kepada seluruh alam.
Maka
dakwah ini digolongkan sebagai salah satu amal yang paling mulia di dalam Al
Qur’an dengan Firman
Allah SWT :
Audzubillahi minas syaitan nirrajim
Bismilahirrahmanirrahim
Waman ahsanu qaulan mimman da’aa
ilallaahi wa ‘amila sholihaw wa qoola innani minal muslimiin.
“Dan
perkataan manakah yang lebih baik daripada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah
dan mereka beramal amal saleh dan mereka berkata ‘Sesungguhnya kami adalah bagian
bagi kaum muslimin’”
Karena
dakwah ini sebetulnya adalah menyampaikan kebenaran yang datang daripada Allah
SWT
Sebuah
aktivitas yang mulia, sebuah aktivitas yang baik, yang tentu saja harus
dilaksanakan dengan cara yang baik
Namun
kadang kala tatkala menyampaikan aktivitas dakwah ini, kita sering kali lupa, bahwa
menyampaikan kebenaran haruslah dengan kebaikan.
Dan
kadang kadang pula tatkala kita berdakwah, kita lupa bahwa Rasulullah SAW pun
mendapatkan banyak cacian, cercaan, banyak cobaan, banyak siksaan, bahkan
pemboikotan, dan segala sesuatu yang tidak enak.
Mengapa ?
Karena
ini perkara mulia yang disampaikan oleh para Nabi, maka dia senantiasa
mendapatkan tantangan, dia senantiasa mendapatkan hambatan, dan tatkala orang
mendapatkan itu banyak orang yang lupa bahwa mereka harus senantiasa bersabar
sebagaimana yang Nabi mencontohkan kepada kita.
Allah
SWT berfirman didalam Al Qur’an
Idfa' billati Hiya ahsan
Jika
kita mendapatkan keburukan, kejelekan, kesulitan, dalam dakwah ini, maka
tolaklah kejahatan itu dengan kebaikan. Maka jangan balas kejahatan itu dengan
kejahatan.
Karena
mengapa ? Karena dakwah tidak memerluka itu.
Didalam
Hadistnya Rasulullah sampaikan kepada kita “Jika ada orang yang mencela engkau
dengan aibmu jangan balas mencela dia dengan aibnya.”
Mengapa
?
Karena
dosanya kelak dia akan tanggung, bukan dirimu yang akan tanggung.
Bukan
apa yang keluar dari lisan orang lain yang engkau harus permasalahkan, tapi apa
yang keluar dari lisanmu, itulah yang bermasalah.
Karena
engkau tidak akan mendapatkan dosa ketika banyak orang mencelamu, tapi ketika
sekali engkau mencela orang maka dosanya yang engkau dapat.
Karena
inilah Islam, dakwah disampaikan dengan cara yang baik, ketika kita ingin
menerapkan syari’at Allah maka kita pun mencontohkan dengan baik, kita
memberikan tauladan kepada orang-orang lain, kita memberikan contoh bagi
orang-orang lain bahwa akhlak adalah cara yang termudah untuk mendakwahkan Islam.
Tidak
mudah mengkafirkan orang lain, kita tidak mudah untuk menganggap orang lain
salah, memahami apa yang mereka lakukan lalu mengantarkan yang baik pada
mereka, membuat mereka cendrung kepada Islam inilah yang harus kita lakukan.
Dan
apabila ada orang yang sekali lagi yang mengahalangi jalan dakwah, mereka
menghambat jalan dakwah inilah sunatullah dakwah dan kita harus bersabar pada
mereka.
Kita
harus tetap baik pada mereka, kita mengantarkan akhlak ini pada manusia,
Semuanya…
Maka
inilah yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW.
Maka
menjadilah kita seperti imam sya’bi, yang tatkala ia dicela, ia sampaikan
kepada yang mencelanya :
Jika
perkataanmu bohong, maka mudah-mudahan Allah mengampunimu
dan
bila perkataanku yang salah, maka semoga Allah mengampuniku
Manapun
yang benar, apakah Allah mengampuninya atau Allah mengampuni kita, semuanya
baik dimata kita.
Dan
ketika kita membalas mencela orang-orang yang mencela kita, maka itu sebuah
kebaikan bagi dia, justru itu yang ia harapkan.
Apapun
yang kita dapatkan ambil saja yang baiknya.
Kadang-kadang
nasehat itu memang dilempar ke muka, sehingga muka kita merasa sakit. kadang-kadang
diselipkan ke kantong kita, kadang-kadang diberikan dengan pujian
Maka
yang manapun ambil saja nasihatnya yang baik, yang lain jangan di pedulikan.
Lebih
baik kita berfokus bagaimana caranya kita berdakwah di jalan Allah, bagaimana
kita caranya untuk menerapkan Al Quran, bagaimana menerapkan Al Quran, lalu
bagaimana mendakwahkannya ke tengah-tengah umat sampai umat ini memahami sampai
tertarik dengan Islam lalu menerapkan Islam.
Inilah
tugas kita dalam berdakwah, apalagi berdakwah dalam syari’ah dan khilafah
Sebuah
hal besar, maka akhlak kita pun harus menjadi besar. Diri kita juga harus
lapang terhadap hal-hal yang menggunggah kita untuk membalas.
Balaslah
kalaupun mau membalas dengan balas yang lebih baik
Idfa' billati Hiya ahsan (“Tolaklah [kejahatan itu] dengan cara yang lebih
baik”)
Felix Y. Siauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar