Bunuh dan campakan kecemasan
Bunuh dan singkirkan kemalasan
Tumpas dan kuburkan kepalsuan
Sekarang saatnya engkau tengadah menghadapi badai kehidupan.
Walau hari-hari diharu huru-hara, diburu bara-bara biru atau
dijarah fitnah paling nanah.
Tetaplah mandiri walau didera deru desing peluru didebu bau
mesiu.
Karena engkau bukan tiang kayu keropos, tetapi baja yang
memancangkan bangunan tinggi menjulang.
Tempatmu bukan dimasa lalu.
Merenda mimpi apalagi memuja karya yang bukan dari
keringatmu sendiri.
Karena engkau adalah putra masa depan.
Bukan pula tumpukan kardus yang mendebu abu, tetapi engkau
adalah birunya api.
Panasnya panas yang menggeleparkan segala kemunafikan
angkara murka.
Tancapkan kaki tapaki bumi, gantungkan cita-citamu dibintang
suroya.
Bagaikan nakhoda berdiri di anjungan.
Tiada tangisan kecuali senyuman merekah saat biduk digila
badai.
Semakin menggila prahara semakin menggula cinta.
Hempasan ombak memerah darah.
Angin lautan menderu-deru dendangkan harapan.
Matanya tak berkedip menatap waspada tajamnya batu-batu
karang siap menghadang.
Ketika biduk diterkam gelap gulita.
Ketika raga meragu awak kapal bimbang terguncang.
Sang nakhoda tetap berdiri di anjungan, nuraninya berbisik,
cukuplah bagiku bintang-bintang penuntun pasti kemana biduk harus mengarah.
Tak perlu gelisah mentari tenggelam.
Bukankah digelapnya malam, begitu banyak bintang-bintang
gemerlapan?
Qum Fa Andzir! (Bangkit dan Berilah Peringatan!)
Kini satnya membakar hanguskan rasa cemas.
Menebar benih para mujahid paling elegan.
Dengan pedang kelewang berkilat cinta maka sampah dan
campakkan segala kesumat para pialang.
Sambil menyibak masa depan, bergurulah pada sejarah,
bercerminlah dari orang orang yang unggul.
Mandikan seluruh tubuh dengan keringat.
Getarkanlah jiwa dengan hikmah para arifin.
Reguklah kehidupan dan simpulkan!
Hidup adalah rangkaian keputusan.
Hidup adalah kumpulan catatan yang membutuhkan kesimpulan
kemudian tindakan.
Kita terlahir bukan sebagai pecundang, kemudian berserah
diri dan menunggu keputusan orang.
Tancapkanlah tekad dan pikiran kita yang paling tajam untuk
berani memutuskan kehendak kita sendiri.
Kita bukan bayang-bayang yang dibentuk cahaya.
Engkau cahaya benderang, harapan jiwa di kegelapan.
Qum fa Andzir! (Bangkitlah dan beri peringatan!)
Bangkit dan guncangkan.
Abaikan para pendengki dan juru fitnah.
Lemparkan selimut kemalasan.
Datangi gudang-gudang ilmu.
Masuki gedung gedung menjulang.
Temukan makna hidup yang hilang.
Pakailah jubah keberanian yang paling cemerlang.
Karena kita bukanlah pengemis yang merintih.
Kita cahaya mentari yang tak pilih kasih.
Janganlah tergoda butiran pasir yang berserakan yang membuat
ombak samudra tertawa canda.
Jadilah batu karang, kukuh tangguh, menatap gagah,
menyongsong gigih hempasan ombak dengan tertawa.
Walau kepedihan menyayat raga, tak perlu menghamba diri pada
dunia.
Bagi mujahid sejati, lebih baik menjadi singa sehari
daripada menjadi domba seribu hari.
Tidak perlu sendu sedan atau tangis ratapan karena
kehilangan dunia, tapi jadikanlah dunia meratap sendu dalam tangisan karena
kehilangan dirimu.
Tebarkan iman dengan cinta
Gubah dunia dengan prestasi
Jadikanlah hidupmu penuh arti
Kemudian bolehlah bersiap untuk mati
Kalau kelak datang hari perjumpaan
Basahkanlah bibirmu mengucap puji Ilahi Rabbi..
Laa Ilaha Ilallah..!!
Qum Fa Andzir [Bangunlah.. Lalu Berilah Peringatan..!!].
Karya: Drs H Toto Tasmara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar