Alhamdulillah, Ramadhan 1438 H ini masih bisa ikut serta dalam rombongan aktivitas dakwah untuk mengisi Sanlat (Pesantren Kilat) di SMP 8 Pangkalpinang. Kegiatan yang berada di dalam ruang kelas ini, kali ini kami menghandle bagian Ikhwan.
Suasana ruang kelas pagi ini cukup ramai, 2 ruang kelas gabungan hampir penuh. Saya mengambil bagian untuk mengamankan adik-adik kita di bagian belakang karena bagian inilah yang paling nyaman untuk bermain.
Ada 3 siswa yang mencuri-curi perhatian. Meskipun berada di dekat mereka, mereka dengan sengaja mencoba mengacaukan suasana dengan mengobrol dan mengganggu kawan yang lain. Mereka sengaja saya pindahkan ke bagian paling belakang dengan jarak begitu dekat agar mereka lebih tenang.
Ternyata tidak berubah. Mereka tetap bermain dan ketawa-ketawa. Ya sekali-sekali bisa ditenangkan dengan memegang bahu satu diantara mereka sembari mengajak sedikit bicara.
Kegiatan ini berisi motivasi mengenai Bakti Kepada Orang Tua dan sifatnya sangat interaktif, namun mereka membuat candaan dalam beberapa momen.
Hingga acara-acara sedih-seduhan mereka sedikit lebih tenang memperhatikan. Suasana sedih dan suara tangisan terdengar. Tiga siswa ini masih senyum senyum menganggung satu sama lain.
Satu persatu teman mereka maju dipanggil pemateri untuk memberikan kesempatan bicara menyampaikan pesan ke teman teman yang lain.
Saya coba berbicara kepada ketiganya agar bisa lebih fokus untuk memperhatikan pesan pesan kawan mereka yang berdiri didepan dengan berlinangan air mata mengingat orang tua. Karena pemateri sengaja memilih siswa yang orang tuanya telah meninggal dunia.
Karena hanya satu siswa yang menunjuk diri orang tuanya meninggalkan, maka sehabis siswa ini maju pemateri menunjuk secara acak yang maju untuk mengungkapkan pesan-pesan. Dan seluruhnya menangis.
Ternyata pemateri menunjuk salah satu diantara mereka untuk maju. Karena kebetulan siswa satu ini snagat mencolok karena ada luka ditangannya akibat petasan sehingga diperban. Meskipun diperban, selama saya berada sampingnya siswa ini santai dan biasa saja seperti tidak ada rasa sakit.
Ditanyakan pemateri, nama dan sebab perbankan di tangan, ia menjawab dan masih senyum senyum saja.
Lalu ditanyakan mengenai orang tua...
Dia menangis duluan, ternyata baru mengakui baru ayahnya telah tiada.
Tangisnya ini membuat, 2 orang lainnya terdiam dan melepaskan senyum senyum, mengganti dengan mata berkaca dan tertunduk karena mereka juga baru tau.
Ternyata ada keperihan hidup di balik tawa kecilnya. Ada suatu rindu kepada Ayahnya dan setiap kenyamanan dulunya. Dia menangis tersebut tanpa bisa lagi berbicara apapun.
Kelas terhanyut suasananya. Banyak tak menyangka dibalik diri yang ceria ada cerita pilunya.
End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar