Muhammad Novriyansyah

Terus Belajar, Terus Berkembang !

Water Resource Management

Life

Post Page Advertisement [Top]

TELAT BALIGH : Lekas Menderita Lekas Bahagia

TELAT BALIGH : Lekas Menderita Lekas Bahagia

Keadaan baligh menjadi fase bagi perantau kehidupan. Dimana ia telah melepaskan masa tenang dibawah naungan orang tua. Dosa-dosa telah ditanggung sendiri berbekal pelajaran menemukan jati diri di masa yang silam.

Umur dan mimpi jima’ adalah tanda bagi laki-laki, bahwa ia sudah mempertanggungjawabkan dirinya sendiri dihadapan Allah SWT. Namun saat ini, tak banyak pemuda yang tak siap menanggung beban berupa penderitaan dan ujian di kehidupannya. Mereka merengek, berkeluh kesah kepada sang papi dan mami untuk beban ekonomi dan beban moral, mental, dan intelektual. Hidupnya masih ingin dibelikan ini dan itu, masih candu dunia anak-anak dengan permainan ini dan itu, masih melakukan yang diharamkan Tuhan, dan memanggap dirinya masih muda.

Ah, mungkin mereka masih baligh secara fisik, namun mereka masih belum memahami arti baligh secara sosiologis dan ilmunya, sehingga saya istilahkan hal ini menjadi Telat Baligh. Walaupun telat baligh, mereka tetap mendapatkan ganjaran dari Allah SWT atas setiap perkara  yang dilakukan (artinya tetap baligh).

Kita lihat kehidupan para sahabat Nabi yang siapkan diri dalam segala kondisi untuk lebih lekas syahid di jalan Allah SWT. Mereka memilih menderita di awal waktu dan tak pernah ragu bahwa kebahagian dan kemenangan akan segera mereka raih. Ali bin Abi Thalib, Mush'ab bin Umair, dan sahabat yang di usia sudah ikut dalam barisan dakwah, bahkan menjadi pemimpin pasukan perang dan orang-orang yang bisa dipercayai.

Yang baligh mungkin lupa, surah pendek yang mereka hafalkan saat masa sekolah paling dasar dengan terjemahannya : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan yang ada di QS. Alam Nasyrah di ayat 5 dan 6 dengan bunyi yang berulang.

Mungkin itulah membuat mereka terjebak dalam pacaran, kehidupan hedonis, dan jenis kehidupan yang tidak memiliki komitmen serta arah yang jelas. Mereka lebih memilih pacaran, dari pada menikah muda. Memilih santai dirumah menikmati game, android dari pada mencari pengalaman dalam mendapatkan penghasilan. Lebih parah lagi, tidak ingin mempelajari agama sehingga ingin menghilangkan aktivitas dakwah selama hidupnya.

Setidaknya dari tulisan ini ingin saya sampaikan bahwa, Lekas Menderita maka akan Lekas Bahagia. Maka dalam setiap perjalanan waktu yang dilalui, kapan dan dimana pun, pilihlah kehidupan dengan tantangan dan rintangan. Terutama setelah baligh, maka kewajibkan untuk memulai bertanggungjawab atas ekonomi, wawasan dan ilmu pengetahuan, serta keperibadian yang berlandaskan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.

SEMANGAT !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]